info cakrawala
– Ternyata terkuak identitas sang suami dari Fidya Kamalinda, mantan atlet Taekwondo asli Bandung yang disebutkan menghilang selama sepuluh tahun.
Orang tersebut dikenal sebagai Yuri Junjunan.
Fidya saat ini telah dikaruniai seorang anak.
Ini disampaikan oleh ayah Fidya, Hindarto.
Hindarto bercerita tentang saat-saat menjelang hilangnya putranya di tahun 2015 lalu.
Pada saat itu sekitar mendekati hari raya Idul Fitri, Fidya mempunyai cukup banyak waktu luang.
Fidya menggunakan waktu senggangnya untuk berlatih taekwondo bersama kawannya-kawan.
Dalam keterangannya, Hindarto menyebutkan bahwa Yuri juga mengajak serta sekitar lima siswa lainnya yang berasal dari lingkungan kerjanya untuk bergabung dengan Fidya. Hal ini disampaikan oleh Hindarto dalam wawancara di TV One pada hari Jumat, 14 Maret 2025.
Hindarto mengatakan bahwa Yuri bekerja sebagai pegawai pemadam kebakaran.
“dia tersebut (yuri) adalah petugas pemadam kebakaran. Seorang oknum petugas pemadam kebakaran,” ujarnya.
Fakta Tentang Fidya Kamalinda, Atlet Taekwondo Yang Dicurigai Sebagai Korban Kekerasan Oleh Orang Tua dan Dijadikan Sumber Uang Secara Paksa
Kedua orangtuanya merasa curiga ketika Fidya meminta izin untuk mengkaji lebih lanjut tentang agama Islam atau pendalaman ilmu keagamaan dari Hindarto.
Walaupun sudah berkali-kali meminta izin, pada awalnya Hindarto menolak, namun akhirnya hatinya menjadi lembut.
“Sesudah mengajukan permohonan sebanyak tiga kali akhirnya disetujui, namun kita memiliki syarat yang harus dipenuhi yakni hanya bisa dilakukan sebelum Magrib. Untunglah Fidya telah mencapai rumah pada waktu itu,” ujarnya.
Fidya juga kembali dengan waktunya sendiri di sesi mengajinya yang pertama kali.
Akan tetapi, Hindarto dan Khadiyah mulai diliputi ketakutan saat pertemuan keagamaan yang kedua.
Fidya susah untuk dijangkau. Dia terus-menerus ditelepon namun tidak membalas.
“Sesudah sekitar pukul 10 lewat baru hampir pukul 11 malam HP-nya hidup kembali. Namun, orang yang menerima pesan dari Yuri menyampaikan kalau Yuri ingin diundang untuk mengaji dan melakukan kegiatan i’tikaf,” jelasnya.
Sejak malam i’tikaf tersebut, Fidya tidak pernah pulang lagi.
Keluarga secara konsisten mengejar informasi tentang Fidya. Pada akhirnya, mereka menduga bahwa Fidya telah menjadi korban dari tindakan penculikan.
Agen hukum keluarga, Frandes Iko, menyatakan bahwa pihak keluarga telah melapor kepada Polda Jabar pada 12 Januari 2016, kurang lebih satu bulan sesudah hilangnya Fidya.
Tanggal 4 Februari, keluarga menyerahkan kembali laporannya ke Polsek Rancaekeh karena laporan terdahulu belum mendapatkan kemajuan.
Setelah melaporkan kejadian tersebut ke kantor polisi setempat, Yuri kemudian menghubungi keluarganya dan berjumpa dengan mereka.
Mereka berkumpul di Margahayu Metro Mall Kota Bandung, namun Fidya tidak turut serta.
Pada waktu tersebut, Fidya berlokasi di Arcamanik, Kota Bandung.
Setelah kedatangannya diungkapkan oleh Yuri, petugas kemudian mengambil Fidya.
Fidya, Yuri serta keduanya orang tua mereka kemudian menjalani mediasi di Polda Jabar.
“Pada polisi dipertanyakan oleh sejumlah penyidik di tempat itu, dan tidak lama setelahnya tiba seseorang yang mengklaim sebagai teman Y. Orang tersebut memegang buku nikah dan menyatakan bahwa Fidya telah menikahi Y dengan adanya bukti berupa buku nikah mereka,” jelas Frandes dilansir dari Kompas.com.
Namun, dalam buku Nikah tersebut, menurut orangtuanya belum memberikan persetujuan dan tak pernah mengesahkan dengan tandatangan. Dari sana, penyidik kepolisian menyimpulkan bahwa mereka (Fidya dan Y) telah menjadi pasangan suami istri serta dikategorikan sebagai orang dewasa, bukannya remaja. Karena alasan itu, pada malam tersebut mereka diminta untuk kembali pulang, sehingga kedua orang tua merasa kurang senang,” jelasnya.
Orang tuanya masih terus berusaha agar Fidya bisa kembali pulang sebelum itu.
Bahkan, mereka pernah melaporkan hal tersebut kembali ke Polres Bekasi.
“Mengapa di Bekasi? Karena pernikahan tersebut diregistrasikan oleh KUA Rawalumbu Bekasi. Mereka datang ke kantor itu dan kemudian orang tua membuat laporan di Polres Metro Bekasi,” jelasnya.
Laporan tersebut kemudian dilanjutkan, dengan beberapa kali menerbitkan surat yang menginformasikan perkembangan hasil investigasi kasus oleh pihak kepolisian.
Namun, menurut Iko, keluarga besar berpendapat bahwa hasilnya masih belum terlihat cukup signifikan.
“Di sinilah orang tuanya bersama dengan teman-temannya dari klub taekwondo mengajukan permohonan kepada komunitas lingkungan taekwondo guna menemukan Fidya,” jelasnya.
Pencarian mandiri juga telah dijalankan, tetapi belum menghasilkan apa-apa. “Sepertinya pada waktu itu Fidya sering pindah tempat, sehingga sulit untuk menemukannya,” katanya.
Menurut Iko, dalam masa 10 tahun penelusuran tersebut, orangtuanya dan Fidya ternyata telah berjumpa dua kali.
Saat pertama kali di Polda (Jabar), lalu bertemu kembali satu kali lagi, namun pada kesempatan kedua tersebut saat berjumpa dengan Fidya, terdapat sesuatu yang mencolok; dia hanya diam begitu saja, tak seaktif biasanya versi orang tuanya. Ia memang bukan jenis anak pemalu, selalu penuh energi dan riang. Ketika perjumpaan pertama di Polda (Jabar) ini, Fidya tampak sama, telah merasakan kebencian besar ketika melihat ayah dan ibunya.
Fidya Bantah Korban Penculikan
Sekarang Fidya juga muncul untuk menyangkal bahwa dia adalah korban penculikan.
Fidya menganggap berita tentang penculikannya sebagai tuduhan palsu. Dia menyatakan bahwa dia pergi dari rumah dengan kesadaran penuh.
Fidya Kamalindah menyatakan bahwa tak pernah terjadi pengambilan paksa layaknya apa yang disebutkan oleh kedua orangtuannya.
“Terkait dugaan penculikan, saya ingin menyatakan bahwa hal tersebut merupakan kesalahpahaman. Saya meninggalkan rumah karena keputusan pribadi yang telah lama dipertimbangkan oleh diri saya,” jelas Fidya Kamalindah.
Menurut kisah dari kedua orangtuanya, Fidya Kamalindah dipukul oleh seseorang setelah ia selesai berbelanja di suatu mal dekat dengan tempat tinggalnya.
Selanjutnya, Fidya Kamalindah patuh dan naik ke dalam mobil orang tersebut.
Terkait kisah tersebut, Fidya Kamalindah menyatakan bahwa informasi yang beredar adalah tidak akurat. Dia mengakui dengan jelas telah naik ke dalam mobil secara penuh kesadarannya.
Fidya Kamalindah mengatakan bahwa tidak terjadi penyitaan sama sekali, dan juga tak ada barang yang dibawa ke dalam mobil.
“Barang-barang tersebut dibawakan olehku berdasarkan kemauanku karena umurku waktu itu telah mencapai 21 tahun dan aku merasa dapat menentukan jalannya hidupku sendiri,” terangnya.
Fidya menyatakan bahwa hasrat untuk meninggalkan rumah tersebut telah tersimpan selama bertahun-tahun.
“Kenapa saya berani? Karena saya sudah merasa lelah selama bertahun-tahun. Saya merasa saya punya hak atas hidup saya sendiri.
Alasannya untuk meninggalkan rumah adalah dia menyatakan dirinya menjadi korban kekerasan dari orang tuanya.
“Mengapa aku mau pergi dari rumah? Karena aku telah mengalami kekerasan oleh Ayahku sejak kecil,” kata Fidya.
Fidya menyebutkan bahwa dia telah menderita kekerasan sejak berusia 5 tahun akibat tindakan ayah kandungnya.
“Pertama kali ayahku melakukan kekerasan ketika aku berusia lima tahun, aku pernah dicabik-cabik, dipukul dengan kaki, dan digiring oleh bapakku sendiri. Hal ini terus berlanjut hingga bertahun-tahun kemudian,” ungkapnya.
Menurut Fidya, dia mengalami tindakan kekerasan itu lantaran sang ayah berharap ia mampu mencari nafkah.
“Kemungkinannya adalah karena upaya beliau tidak berkembang pada masa tersebut hingga mungkin sampai hari ini. Karena alasan itulah, sejak dini hanya diri saya sendiri yang menanggung beban untuk mendukung keluarga kita,” jelas Fidya.
Fidya mengatakan bahwa sepanjang karirnya sebagai atlet, ia terus menerima tekanan besar dari kedua orangtuanya.
“Setiap kali saya kalah, selalu saja saya merasakan tekanan fisik dan verbal dari ayah saya. Sementara itu, saya juga bingung untuk berbicara atau mengatakan hal ini kepada orang lain, mungkin karena tidak ada yang akan mempercayai seorang anak,” jelasnya.
Fidya juga menyatakan bahwa sepanjang masa ia telah memberikan semua pendapatan dari pertarungannya kepada kedua orangtuanya.
Meskipun begitu, dia belum pernah sepenuhnya merasakan buah dari usaha kerasnya itu, apalagi untuk melanjutkan kuliah.
Akhirnya, Fidya Kamalindah melanjutkan kuliah dengan dana yang dia peroleh dari usaha jualannya.
“Biaya pendidikan saya dibayar dengan uang pribadi saya, hasil penjualan online saya. Bukan berasal dari hadiah lomba karena seluruhnya sudah diambil oleh beliau,” terangnya.
Fidya juga menceritakan bahwa kedua orangtuanya sering mengantarnya kepada dukun saat akan berlomba.
Fidya mengatakan, ‘Saya menggunakan mantra, memohon berkah dengan air doa, kemudian membersih diri dengan bunga, dan semua ritual ini dilakukan sebelum pertandingan,’.
Fidya Ngaku Suami Dikeroyok
Bukan hanya dia saja yang jadi korban, ternyata suami Fidya juga mengalami tindakan kekerasan dari ayahnya ketika berusaha bertemu dengan orang tuanya tersebut.
Dalam klip penjelasan yang dia buat, Fidya Kamalindah menyatakan bahwa suaminya pernah dipukuli sampai menderita gegar otak.
Fidya Kamalindah menyangkal keras bahwa dia adalah seorang korban dari penculikan.
Fidya menyebut saat itu sang suami, yang bernama awalnya Y, dengan sukarela bertemu kedua orang tuanya tanpa dia ketahui terlebih dahulu.
Tetapi orang tua Fidya Kamalindah justru menyiksa Y sampai luka berat.
Fidya Kamalindah mengatakan suaminya pernah bertemu dengan orangtuanya tanpa memberi tahu dirinya terlebih dahulu.
“Ibu bapaku membawa pasukan, sementara suamiku dipukuli hingga menderita cedera otak,” tambahnya.
Fidya Kamalindah menyatakan bahwa tujuannya hanyalah untuk disetujui oleh kedua orang tuanya.
Perempuan berumur 30 tahun tersebut juga menyangkal bahwa suaminya mengharapkan sejumlah dana dari kedua orang tuanya, yakni Hindarto (59) dan Khodijah (50).
Setelah melarikan diri dari rumah pada tahun 2015, Fidya Kamalinda dan Y mengikat janji pernikahan secara diam-diam.
Fidya Kamalinda dan Y setelah itu diberkahi dengan seorang anak.
“Tuntutan sebesar Rp 50 juta tersebut merupakan fitnah dan tidak benar. Mohon untuk tidak mengatakan demikian,” ungkap Fidya Kamalinda.
“Prihatin rasanya bagi mereka yang telah dfitnah, seharusnya sudah berakhir,” tambahnya.
Fidya Kamalindah mengharapkan kedua orang tuanya melakukan refleksi diri dan berhentilah melepaskan kesalahan kepada pihak lain terkait keputusan anaknya melarikan diri dari rumah.
“Silakan berhenti. Mari kita lakukan refleksi bersama,” ujar Fidya Kamalindah.
“Apakah membuat berita palsu yang bertentangan dengan fakta itu tidak melelahkan?” tanyanya.
Dia juga ingin fokus pada kebahagiaan anaknya saat ini.
“Sudah berbagai upaya kita lakukan agar dapat dihargai. Aku cuma menginginkan pengakuan, aku pun telah berkembangan. Saat ini usiaku 30 tahun,” ungkap Fidya Kamalindah.
Bila kau mau menyebutku sebagai pribadi yang tak taat itu boleh-boleh saja, tetapi jangan salahkan pihak lain.
Kini, tujuan utama saya adalah membahagiakan putra atau putri saya. Saya tak memiliki pemikiran bahwa kelak saat mereka dewasa perlu menghidupi saya, bukan begitu maksudku. Sebab, saya sangat menyadari penderitaan tersebut.
Tolong jangan mengganggu saya lagi. Anak saya telah mulai bersekolah, dan saya tak ingin dia terpengaruh secara psikologis akibat hal ini.
“Saya berharap anak saya merasakan kebahagiaan, tidak seperti yang pernah saya alami,” tambahnya.
Ayah Fidya Bantah Penyiksaan
Pada saat yang sama, kedua orangtua Fidya nampak sangat kecewa ketika mendengar kabar bahwa anaknya telah kembali dan membongkar sebuah rahasia besar sesudah hilang selama satu dekade.
Fidya Kamalinda yang saat ini sudah mencapai usia 30 tahun tersebut mengatakan bahwa dia melarikan diri dari rumah karena menderita penyalahan oleh sang bapak sejak masih anak-anak.
Mendengar hal tersebut, Hindarto terlihat mengendalikan kemarahannya hingga disalahkan atas penyiksaaan putri kandungnya sendiri.
Hindarto mengaku bahwa segala tindakan yang dilakukannya terhadap Fidya bertujuan untuk mendidik anak perempuanya tersebut.
“Mungkinkah benar seperti yang dikatakan dalam mendidik anak? Tidak perlu sekejam itu. Astaghfirullah, kita hanya harus mendidik,” kata Hindarto, demikian diambil dari siaran TVOne News pada hari Jumat (14/3/2025).
Tetapi ketika disalahkan telah menyiksanya putri kandungnya sejak usia muda, Hindarto menyangkal dengan tegas.
Hindarto mengatakan bahwa dia telah sangat mencintai Fidya sejak kecil.
“Sebagai orangtua, siapa yang tidak mencintai anak mereka? Menurut penjelasannya tadi, usia lima tahun adalah saat dia hanya memiliki seorang anak. Pada masa-masa penuh kasih sayang itu, bahkan ibunya sampai merasakan cemburu karena betapa ia menyayangi sang buah hati,” ungkap Hindarto dengan tegas.
Selanjutnya, Hindarto pun membongkar versi ceritanya ketika disangka selalu memukul Fidya sewaktu Fidya kalah berlomba.
Hindarto, seorang bekas atlet, menyatakan bahwa tujuannya hanyalah untuk mendidik putrinya.
“Bila kalah, lumayan kita dulu pernah menjadi atlet, sehingga mengerti bagaimana caranya berlomba, kelemahannya dijelaskan dan teknik yang benar diajar. Padahal tidak ada hal spesifik, kan orang tua pasti peduli dengan anak mereka,” ungkap Hindarto.
Tetapi ketika ditanya pendapatnya tentang seluruh pengakuan Fidya yang menyatakan dirinya melarikan diri dari rumah, Hindarto menjadi gugup.
Hindarto menyatakan bahwa dia berkeinginan untuk menempuh jalur hukum dalam hal ini dan bisa saja mencapai tingkat peradilan.
“Bila respons kami harus dijelaskan, mungkin saya tidak dapat memberikan jawaban saat ini selain pada tempat tertentu. Semoga dengan dibantu, peluang untuk ditayangkan dan menyampaikan ucapan terima kasih akan ada. Harapannya adalah adanya kelanjutan dalam hal dukungan dari pihak kepolisian atau aparatur negara sehingga proses peradilan dapat dilakukan. Bisa jadi kami memiliki beberapa bukti yang cukup autentik bahkan bertuliskan,” papar Hindarto.
Di sisi lain, sang ibu Fidya, Khodijah tidak dapat menahan air matanya sambil berdoa agar putrinya kembali ke pangkuannya.
Khodijah meratapi ucapan Fidya yang mengklaim telah diperlakukan dengan kejam oleh bapaknya.
“Temannya bisa ditanya juga karena ayahnya selalu mengantarkan saat latihan, bukan seperti yang Fidya sebutkan,” jelas Khodijah.
Terkait masalah kedua orangtua yang tidak mau menerima anak Fidya, Khodijah menyangkalnya dengan tegas.
Khodijah merasa senang apabila mengetahui bahwa Fidya telah memiliki anak.
“Bila memiliki anak tentu akan diterima. Saya tidak tahu apakah dia sudah memiliki anak atau belum, tetapi jika benar-benar ada anaknya maka syukur-syukurlah kita menerimanya saja,” tambah Khodijah.
Maka sekarang Khodijah menginginkan agar Fidya dapat kembali ke rumahnya dan hidup harmonis bersama keluarganya lagi.
Khodijah mencurigai bahwa putrinya tengah mengalami stres.
“Saya berharap kakak segera pulang ya kak, karena ibu sudah merindukanmu. Apapun yang kakak ucapkan, ibu tidak akan membicarakannya lagi. Ibu sangat menyadari adanya tekanan pada kakak. Ibu juga mengetahui dengan jelas tentang hubungan keluarga ini. Hanya hal tersebut yang dapat ibu sampaikan, kakak harus pulang ya kak,” pintanya Khodijah.
Sesuai dengan yang diketahui, Fidya Kamalinda merintis karirnya dalam bidang seni bela diri sejak masih anak-anak.
Kemampuan istimewa nampak dari awal, yang mendorongnya untuk mencaplok banyak pencapaian baik pada skala lokal ataupun nasional.
Fidya telah berkontribusi membawa medali untuk Jawa Barat pada gelaran Pekan Olahraga Nasional (PON).
Anak pertama dari pasangan Hindarto dan Khodijah ini pun berhasil meraih medali emas di ajang Indonesia Open.
Prestasinya yang tercapai sejak usia dini mencerminkan komitmennya serta perjuangan berkelanjutan dalam menjalani profesi sebagai atlet profesional.
Lihat informasi lebih lanjut dari artikel lain Cakrawala di
Google News
Ikuti dan Sertakan Diri Anda dalam Grup Whatsapp
info cakrawala
Artikel ini sudah dipublikasikan di
TribunJakarta.com
Diberi Judul TERKUAK: Identitas Suami Pendukung Atlet Taekwondo Fidya Kamalinda Terbongkar, Dianggap sebagai Pegawai pemadam Kebakaran