Penjualan Gori di Yogyakarta Melorot Sebelum Lebaran, Harga Diskon Tak Bantu

Diposting pada
banner 336x280


YOGYAKARTA, News

– Gudeg, hidangan istimewa dari Yogyakarta yang menggunakan buah nangka muda atau gori sebagai bahan utamanya, menjadi favorit bagi para pemudik dan pelancong selama periode liburan Idulfitri, seperti halnya pada Lebaran 2025. Akan tetapi, penjualan bahan pembuat gudeg di Pasar Beringharjo ternyata mengalami perlambatan penjualannya tahun ini.

Giarti, seorang pedagang gori di Pasar Beringharjo, menyatakan bahwa pemesanan gori mendekati hari Lebaran tahun ini belum menunjukkan kenaikan yang mencolok, hal ini berbanding terbalik dengan kondisi pada tahun sebelumnya.

banner 468x60

“Beda dari tahun lalu, karena tahun sebelumnya ada kenaikan. Namun saat ini pesanannya masih stagnan,” jelas Giarti, Rabu (26/3/2025).

“Tetapi tidak tahu bagaimana bentuk pesanan H-2,” lanjutnya.

Berdasar dari aspek harga, pada tahun lalu gori pernah naik mencapai Rp 50.000 per kilogram dikarenakan ketersediaan yang terbatas. Sedangkan di tahun ini, nilai jualnya mengalami penurunan signifikan menjadi kurang lebih Rp 22.000 per kilogram.

“Kini harga rata-ratanya sekitar Rp 22.000,” katanya.

Giarti mengatakan bahwa penurunan harga disebabkan oleh sejalan dengan musim panen pada tahun ini, yang membuat pasokannya berlebihan, sedangkan kebutuhan pasar belum meningkat.

“Diperolehnya dari kebun tersebut, didapatkannya di Prembun. Sebelumnya diterimanya dari Boyolali, kini ini yang lebih kecil berasal dari Prembun dikarenakan nilai tukar rupiah sedang tinggi,” ujarnya.

Dia juga menyebutkan bahwa gori tak cuma dipakai buat bikin gudeg, tapi juga untuk masakan lain kayak lontong sayur khas Padang. Pembelinya nggak hanya warga setempat, melainkan juga orang-orang yang berasal dari Padang dan tinggal di tempat lain.

“Banyak digunakan untuk membuat gudeg. Jika ada pemesanan untuk keperluan keluarga juga tersedia. Saat lebaran, banyak yang membeli padang lontong sayur dan biasanya menggunakan nangka sebagai bahan utama,” jelasnya.

Umumnya, permintaan untuk gori bertambah setelah Idul Fitri, ketika liburan panjang dimulai.

“Persediaannya masih cukup, tidak seperti sebelumnya. Kemarin saja untuk harga Rp 50.000 sudah sulit mendapatkan produk tersebut,” ujarnya.

Di sisi lain, barang-barang lain di Pasar Beringharjo masih belum mengalami kenaikan penjualan sebelum Lebaran tahun 2025.

“Masih sepi pembeli dan hal itu normal jika harganya tetap stabil. Harga cabai merah sudah mencapai Rp 95.000,” ujar pedagang kelontong, Sutinah.

Dia merasa kaget karena minimnya penjualan tahun ini, tidak seperti di masa Lebaran pada tahun-tahun sebelumnya.

“Saat sebelumnya, begitu malam 21 Ramadhan tiba, penjualannya langsung menjadi sibuk dan tidak sedikit orang yang memesan. Namun saat itu, meskipun sudah masuk ke malam tersebut, tak ada satupun pemesanan,” katanya.

Karena kurangnya minat dari pembeli, dia memilih untuk tidak menyimpan stok barang kebutuhan utama dalam jumlah besar.

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *