The Plain of Jars yang ada di seluruh Dataran Tinggi Xiangkhoang merupakan tempat bersejarah penting di kawasan Asia Tenggara. Lokasi tersebut ditemukan tak jauh dari Phonsavan, yakni di provinsi Xieng Khuang, negara Laos.
The Plain of Jars diprediksi dibangun pada masa Zaman Besi antara tahun 500 SM hingga 200 M, namun arkeolog asal Jepang bernama Eiji Nitta mengestimasi bahwa mereka kemungkinan telah diciptakan sejak milenium kedua SM. Tempat ini serupa dengan sebuah papan catur, sementara patung-patung besar tersebut seperti bentuk bidak catur yang menarik perhatian bila diamati dari jarak jauh.
Mari kita lihat beberapa informasi menarik mengenai Situs Prasasti Jamur tersebut!
1. Asal-usulnya tetap dipenuhi misteri.
Mitos Laos menceritakan adanya seorang raksasa yang membuat guci-guci sebagai wadah penampungan arak beras yang diangkut dalam perayaan kemenangan Raja Khun Cheung, seperti disebutkan.
Laos Travel
Pendapat lain mengungkapkan bahwa guci-guci tersebut bertujuan untuk menyimpan air hujan yang nantinya bisa dimanfaatkan oleh para pedagang atau wisatawan selama petualangan mereka, karena sumber air sangat jarang ditemui saat musim hujan tiba. Konsep ini mencerminkan fungsi Plain of Jars sebagai fasilitas pendukung bagi kegiatan dagang dan mobilitas orang-orang di daerah itu.
Kawasan Kebasi Jaring diperkirakan oleh para ahli memiliki beragam fungsi sepanjang masa, sesuai dengan permintaan peradaban yang bervariasi. Posisi tabung-tabung yang tepat mengindikasikan fungsinya untuk komunitas lokal. Aslinya tujuh tabung ini dimaksudkan masih merupakan teka-teki besar dalam ilmu arkeologi di kawasan Asia Tenggara, walaupun risetnya sedang berlangsung.
2. Lebih dari 90 situs guci memiliki keberadaan di sana
Terdapat lebih dari 90 lokasi situs patung guci tersebar dalam area seluas beberapa ratus kilometer persegi di Dataran Jaringan, dengan setiap situs memiliki antara satu hingga empat ratus buah guci, seperti yang dinyatakan dalam kutipan tersebut.
InsideAsia Tours
Guci-guci itu mempunyai ukuran berbeda-beda dalam hal tinggi dan lebar, berkisar antara 1 sampai 3 meter. Di lokasi ini terdapat kira-kira 2.500 buah guci serta potongan-potongannya yang masih dapat ditemukan.
Setiap toples di Lapangan Jars terbuat dari batu pasir dan berbentuk tabung. Dasar setiap toples ini senantiasa lebih lebar dibandingkan puncaknya. Satu-satunya toples yang memiliki dekorasi adalah karena adanya figur manusia yang duduk melingkar yang dipahat pada permukaannya secara timbul.
3. Barang-barang logam kemungkinan besar dipakai untuk membuat periuk-periuknya.
InsideAsia Tours
Menyatakan bahwa produksi guci-guci di Dataran Jaringan diduga berasal dari Zaman Besi (500 SM—200 M). Namun, arkeolog asal Jepang bernama Eiji Nitta meyakini bahwa lokasi tersebut memiliki usia kira-kira abad ke-3 SM. Bila hipotesis Nitta tepat sasarannya, maka awal mula Dataran Guci tentunya perlu digeser lebih dalam ke masa lampau daripada yang dipahami sebelumnya.
Temuan artefak logam timah yang bukan asli dari Dataran Tinggi Xiangkhoang mengindikasikan bahwa Kepelatahan Jaring-jaring dikembangkan oleh masyarakat yang memanfaatkan posisinya sebagai bagian dari rute perdagangan vital antara China dan Semenanjung Asia Tenggara. Ini mencerminkan partisipasi wilayah seputar Kepelatahan Jaring-jaring dalam aktivitas perdagangan jarak jauh secara intensif. Tambahan pula, temuan-temuan semacam ini juga mendemonstrasikan kemampuan mereka dalam bidang kerajinan berkelas tinggi.
4. Plain of Jars diyakini memiliki peran dalam metode pemakaman kuno tersebut.
InsideAsia Tours
Melaporkan bahwa di era 1930-an, para ahli arkeologi awal yang meneliti Situs Dataran Beber lempengan mengasumsikan jika area tersebut memiliki fungsi sebagai tempat upacara pemakaman serta prosesi pembakaran jenazah zaman dahulu. Didalam atau pun disekitar peti peninggalan itu, mereka mendapatkan temuan seperti sisa-sisa manusia berserta dengan barang-barang kuningan dan besi mayoritas telah hangus akibat api. Selain itu, ada pula beberapa lokasi lainnya diduga erat hubungannya dengan kegiatan semasa hidup orang-orang purba tersebut.
Penemuan ini mengungkap bahwa selain sebagai lokasi penimbunan, Kebun Jamur Rata sepertinya juga mempunyai nilai pengubatan yang signifikan. Meskipun demikian, ritual pengubutan yang berkaitan dengan patung-patung tersebut masih kurang jelas. Para ahli berspekulasi jika mayat semula disimpan di dalam patung-patung itu sebelum akhirnya dipindahkan ke kuburan permanen.
5. Jadi target serangan bom bertubi-tubuh saat Perang Vietnam
Pada masa Perang Vietnam, Amerika Serikat melemparkan jumlah bom yang lebih besar ke dataran Jars daripada yang dilepaskan sepanjang Perang Dunia II dari tahun 1964 hingga 1973 guna menumpas pemberontak Pathet Lao.
InsideAsia Tours
menjelaskan bahwa ada 80 juta bom yang masih belum meledak setelah perang berakhir. Untuk membersihkannya, pemerintah Laos bekerja sama dengan UNESCO.
Penetapan Plain of Jars sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO pada tahun 2019 menarik respons global terhadap dampak pengeboman masa perang yang masih ada. Hal tersebut juga mendorong upaya pelestarian situs ini. Berbagai prakarsa juga dilakukan untuk meningkatkan kesadaran tentang nilai sejarah dan budaya Plain of Jars.
Lapangan Gua terus menjadi destinasi arkeologi utama di Laos yang sangat memukau, menyajikan pandangan singkat tentang kebudayaan purba. Dengan semakin lanjutnya usaha riset, tempat ini diproyeksikan untuk menerangi lebih banyak lagi tentang makna sejarah dan budayanya.